A. OPERATING
EXPOSURE
1. Karakteristik
Operating Exposure
Eksposure operasi merupakan eksposure dari sebuah
asset (valas) yang terjadi ketika perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha,
periode setelah melakukan kontrak transaksi sampai produk dikirim ke gudang
pembeli atau saat produk/jasa diterima oleh pembeli dan sekaligus pembeli
melunasi pembayarannya. Eksposur operasi (Operating exposure) yang juga dikenal
sebagai eksposur ekonomi (economic exposure), eksposur kompetitif (competitive
exposure), dan terkadang bahkan eksposur strategis (strategic exposure)
mengukur setiap perusahaan dalam nilai kini perusahaan yang terjadi akibat
perubahan arus kas operasi masa mendatang, yang disebabkan oleh perubahan kurs
nilai tukar secara tak terduga.
Mengukur eksposur operasi perusahaan memerlukan
peramalan dan analisis atas seluruh eksposur transaksi masa depan perusahaan
dan eksposur masa depan atas seluruh kompetitor dan kompetitor perusahaan di
seluruh dunia. Analisis jangka yang
lebih panjang – yaitu ketika perubahan kurs nilai tukar tidak dapat diprediksi
dan tidak dapat diperkirakan – merupakan tujuan analisis eksposur operasi. Arus
kas perusahaan multinasional dapat dibagi menjadi arus kas operasi dan arus kas
pendanaan. Arus kas operasi timbul dari piutang dan utang antar perusahaan
(antara perusahaan yang tidak terkait) dan intra perusahaan (antar unit dalam
perusahaan yang sama), pembayaran sewa, biaya royalti dan lisensi, serta
beragam biaya jasa manajemen. Arus kas pendanaan merupakan pembayaran untuk pinjaman
(yaitu pokok dan bunga), injeksi modal ekuitas, dan dividen yang memiliki sifat
antar maupun intra perusahaan. Pengaruh
eksposur operasi terhadap kesehatan jangka panjang suatu bisnis terbilang jauh
lebih penting, jika dibandingkan dengan perubahan yang disebabkan oleh eksposur
transaksi maupun eksposur translasi. Namun demikian, eksposur operasi tetap
bersifat subjektif karena tergatung pada estimasi perubahan arus di masa depan
selama periode waktu tertentu.
Perencanaan terhadap eksposur operasi merupakan tanggung jawab manajemen
seutuhnya karena tergantung pada interaksi antara strategi keuangan, pemasaran,
pembelian, dan produksi.
Ekspektasi dalam perubahan kurs nilai tukar valuta
asing tidak termasuk dalam pengertian eksposur operasi karena baik manajemen
maupun investor semestinya telah memperhitungkan informasi ini dalam melakukan
evaluasi terhadap hasil operasi dan nilai pasar yang diharapkan. Dari sudut pandang investor, jika pasar
valuta asing bersifat efisien, maka informasi mengenai perubahan kurs valuta
asing yang terduga dapat tercermin dalam nilai pasar perusahaan. Hanya
perubahan yang tidak terduga atau pasar valuta asing yang tidak efisien yang
menyebabkan nilai pasar berubah.
2. Manajemen
stratejik dan Operating Exposure
Tujuan manajemen eksposur operasi dan transaksi
adalah untuk mengantisipasi dan mempengaruhi efek perubahan valuta asing yang
tak terduga terhadap arus kas masa depan perusahaan, dan bukan sekedar berharap
untuk kondisi terbaik. Untuk memenuhi tujuan ini, manajemen dapat melakukan
diversifikasi basis operasi dan pendanaan perusahaan. Manajemen juga dapat
mengubah kebijakan operasi dan pendanaan perusahaan. Strategi diversifikasi
tidak menuntut perusahaan untuk memprediksikan ketidakseimbangan, melakukan
cukup mengakuinya saat terjadi. Jika
operasi sebuah perusahaan telah terdiversifikasi secara internasional, sedari
awal manajemen telah diposisikan untuk mampu mengakui disekuilibirium ketika
terjadi dan bereaksi secara kompetitif. Dengan mengakui perubahan sementara terhadap
kondisi persaingan di seluruh dunia, manajemen mampu melakukan perusahaan dalam
strategi operasi.
Perusahaan domestik dapat pula terpengaruh
sepenuhnya atas eksposur operasi mata uang asing dan tidak memiliki pilihan
untuk bereaksi dengan cara yang sama seperti halnya perusahaan multinasional.
Jika sumber pendanaan perusahaan terdiverisfikasi sebenarnya perusahaan telah
diposisikan dari awal untuk mendapatkan keuntungan dari deviasi temporer yang
terjadi melalui efek Fisher internasional. Namun demikian, untuk mengganti
sumber pendanaan, sebuah perusahaan haruslah sudah dikenal dengan baik oleh
komunitas investasi internasional. Sekali lagi, ini bukanlah opsi bagi
perusahaan domestik (jika perusahaan domestik itu membatasi pendanaan terhadap
satu pasar modal saja).
3. Manajemen
Proaktif Operating Exposure
Eksposur
operasi dan transaksi dapat dikelola sebagian dengan mengadopsi kebijakan
operasi atau pendanaan yang dapat mengimbangi eksposur mata uang asing yang
diantisipasi. Enam kebijakan proaktif yang umumnya diterapkan adalah:
1) Menyamakan
arus kas mata uang
2) Perjanjian
pembagian risiko
3) Back-to-back
atau parallel loan
4) Swap
mata uang
5) Leads
and lags
6) Reinvoicing
center
Dalam contoh ini sebuah perusahaan dari Amerika
Serikat ingin melanjutkan penjualan
ekspor ke Eropa. Agar dapat berkompetisi secara efektif di pasar Eropa,
perusahaan akan menagih seluruh penjualan ekspor dalam mata uang Euro.
Kebijakan ini menghasilkan penerimaan Euro terus-menerus dari bulan ke bulan.
Rangkaian eksposur transaksi tanpa henti ini dapat dilindung nilai seara
berlanjut dengan forward atau perjanjian kontraktual lainnya.
1) Menyamakan
arus kas mata uang Salah satu jalan
untuk meniadakan eksposur panjang yang terus berlanjut yang diantisipasi
perusahaan adalah dengan mendapatkan utang dalam denominasi mata uang tersebut
(matching). Alternatif lain bagi perusahaan AS adalah menemukan pemasok bahan
baku dan komponen di Eropa sebagai penganti perusahaan dari AS atau negara
lain. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan pengalihan mata uang
(currency switching), yaitu perusahaan membayar pemasok luar negeri dengan mata
uang Euro.
2) Klausul
perjanjian menyangkuta mata uang: pembagian risko Metode alternatif untuk mengelola eksposur
arus kas jangka pajang antar perusahaan adalah dengan melakukan pembagian
risiko (risk sharing). Ini merupakan perjanjian kontraktual, yaitu antara pembeli
dan penjual yang sepakat untuk berbagai atau memecah dampak pergerakan mata
uang atas pembayaran di antara kedua belah pihak. Perjanjian ini dimaksudkan
untuk mengurangi dampak volatilitas dan pergerakan kurs nilai tukar yag tidak
dapat diprediksi bagi kedua belah pihak.
3) Back-to-Back
Loans Back-to-back loan, yang juga dikenal sebagai parallel loan atau credit
swap, terjadi ketika dua perusahaan di dua negara berbeda mengatur untuk
meminjam dalam mata uang satu sama lain selama periode waktu tertentu. Pada
tanggal pelunasan yang telah disepakati, kedua perusahaan itu mengembalikan
mata uang yang dipinjam. Swap (pertukaran) ini menimblkan lindung nilai
tertutup (covered hedge) terhadap kerugian valuta asing, karena masing-masing
perusahaan pada bukunya sendiri, meminjam dalam mata uang yang sama yang akan
dilunasinya nanti. Terdapat dua kendala fundamental yang menghalangi penggunaan
back-to-back loan secara luas, yaitu: Sulit bagi perusahaan untuk menemukan
mitra, yaitu pihak counterparty untuk jumlah mata uang dan waktu yang
dikehendaki. Timbul risiko bahwa salah satu pihak akan gagal untuk
mengembalikan dana yang dipinjamkan pada waktu yang telah ditentukan – meskipun
masing-masing pihak memiliki jaminan 100% (yang berdenominasi dalam mata uang
yang berbeda).
4) Currency
Swaps: Currency swap serupa dengan back-to-back loan, hanya saja tidak tersaji
pada neraca perusahaan. Dalam currency swap, perusahaan dan sebuah swap dealer
atau swap bank sepakat untuk menukarkan jumlah yang ekuivalen atas dua mata
uang yang berbeda pada periode waktu tertentu.
5) Leads
and Lags: Menentukan kembali waktu transfer dana Perusahaan dapat mengurangi baik eksposur
operasi dan transaksi dengan mempercepat atau memperlambat waktu pembayaran
yang harus dilakukan atau diterima dalam mata uang asing. Leads and lags intra
perusahaan lebih mungkin untuk dilakukan karena perusahaan berhubungan istimewa
kemungkinan besar akan memiliki tujuan yang sama sebagai satu perusahaan
terkonsolidasi. Sebaliknya leads and lags antar perusahaan memerlukan
preferensi waktu perusahaan lain yang independen terhadap perusahaan lain
6) Reinvoicing
Center
Sebuah reinvoicing
center adalah anak
perusahaan dari suatu
perusahaan multinasional yang berada
di suatu negara
tertentu yang berfungsi mengelola
eksposure operasi
perusahaan-perusahaan afiliasi
4. Pendekatan
Kontraktual: Lindung Nilai terhadap Transaksi yang Tidak Dapat Dilindung
Dalam kondisi
pasar yang semakin mengglobal dan terkait satu sama lain seperti dewasa ini,
maka dalam beberapa kali kesempatan untuk melakukan hedging menjadi terbatas.
Sebagai alternatif, perusahaan dapat melakukan lindung nilai secara
kontraktual. Cara ini seperti dilakukan dengan cara mengambil posisi opsi mata
uang jangka panjang untuk mengimbangi potensi kerugian dari perubahan kurs
nilai tukar dengan rah yang tidak dikehendaki. Selain itu, kemampuan untuk
melakukan lindung nilai terhadap transaksi yang tidak dapat dilindungi bergantung
pada kemampuan perusahaan.
· Untuk
memprediksi arus kas masa depan;
· Untuk
memprediksi respon pesaing terhadap perubahan kurs nilai tukar.
Tehnik mengelola exposure transaksi untuk mengcover
risiko valas Jika perusahaan
multinasional memutuskan untuk meng-hedge sebagian atau seluruh exposure
transaksinya, mereka dapat menggunakan perangkat-perangkat hedging sebagai
berikut:
Ø Hedging
Kontrak Future, Kontrak currency future
dapat digunakan oleh perusahaan
yang ingin meng-hedge exposure transaksi.
Kontrak future dalam banyak hal serupa
dengan kontrak forward. Kontrak Forward
lebih umum bagi transaksi bernilai besar sementara kontrak
future lebih tepat bagi
perusahaan yng ingin meng-hedge exposure
transaksi yang bernilai kecil. Sebuah perusahaan yang membeli kontrak currency
future berhak menerima suatu valuta asing dengan jumlah tertentu, dengan harga
tertentu, dan pada tanggal tertentu. Untuk meng-hedge kewajiban valuta asing
dimasa depan, perusahaan mungkin ingin membeli kontrak currency
future yang mewakili
valuta yang sama
dengan valuta yang
men denominasi kewajiban tersebut. Dengan memegang
kontrak ini, perusahaan telah mengunci jumlah valuta
negara asal yang dibutuhkan untuk membayar kewajiban masa depan.
Ø Hedging
memakai Kontrak Forward, Kontrak forward sering digunakan oleh perusahaan-
perusahaan besar yang ingin melakukan hedging. Untuk melakukan hedging memakai
kontrak forward, perusahaan multinasional harus membeli kontrak forward untuk
valuta yang sama dengan valuta yang mendenominasi kewajiban dimasa depan.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan multinasional yang berbasis di AS akan
harus membayar SFl.OOO,OOO kepada
pemasok dari Swiss
30 hari dari sekarang,
perusahaan tersebut dapat membeli " kontrak forward
franc Swiss dari
sebuah bank untuk mengakomodasi pembayaran ini. Bank dengan demikian setuju untuk menyediakan
franc Swiss kepada MNE AS tersebut 30 hari dari sekarang dan menerima
dolar. Kontrak Forward ditujukan
untuk memastikan nilai tukar konversi Franc Swiss dengan dolar AS. Nilai tukar
ini mencerminkan apa yang dinamakan dengan Kurs Forward 30 hari. MNE AS dengan demikian telah meng-hedge
posisinya dengan mengunci kurs yang harus dibayarkan untuk
Franc Swiss 30
hari dari sekarang.
Jadi, perusaahan sekarang
mengetahui jumlah dolar yang dibutuhkan untuk dikonversikan dalam Franc
Swiss.
Ø Hedging
Instrumen Pasar Uang, Hedging memakai instrument pasar uang melibatkan pengambilan suatu posisi dalam Pasar Uang untuk
melindungi posisi hutang atau
piutang dimasa depan.
Ø Hedging
Opsi Valuta, Perusahaan-perusahaan
menyadari bahwa perangkat- perangkat hedging
seperti kontrak: forward dan
instrumen pasar uang
kadang dapat merugikan jika valuta
dari hutang mengalami
depresiasi atau valuta
dari piutang mengalami apresiasi
sepanjang periode hedging. Dalam hal ini, Strategi tanpa hedging mungkin akan mengungguli hedging kontrak: forward atau
instrument pasar uang. Tipe hedging yang ideal harus mampu
mengisolasi perusahaan dari pergerakan nilai tukar yang merugikan dan
juga memungkinkan perusahaan untuk
mengambil manfaat dari pergerakan
nilai tukar yang menguntungkan
5. Mengelola
eksposure operasi
Strategi operasi tertentu bisa menutup dengan strategi
sebelumnya yaitu strategi
pengelolaan eksposure transaki (dengan
kontrak), biaya strategi operasi ini relative lebih tidak pasti. Pada suatu saat, operasi dapat menjadi
kurang efisien atau
menyimpang dari rencana,
pada saat lain,
penelahaan yang lebih
cermat terhadap prosedur operasi dapat memberikan hasil yang diharapkan.
Beberapa strategi yang banyak ditempuh MNE untuk mengelola eksposure operasi
ini adalah menggunakan leads dan lags, reinvoicing centers dan menetapkan pembagian risiko dengan pelanggan. Penjelasan dari strategi tersebut dapat
disampaikan sebagai berikut:
1) Leads
dan Lags, To Leads is to pay early; to lag is to pay late. Strategi ini secara
sederhana melakukan pelunasan dengan dua cara yaitu membayar utang lebih awal
dan membayar utang melewati batas jatuh tempo. Oleh karena proses pembayaran
melalui mekanisme perbankan, maka strategi ini bisa dilakukan dengan
mentransfer dana lebih awal (strategi leads), atau mentransfer dana lewat batas
jatuh tempo pembayaran (Strategi lags)
Istilah
leads berarti mempercepat pembayaran dan lags memperlambat pembayaran. Jika
sebuah perusahaan memiliki hutang dalam mata uang kuat dunia, dimana
kemungkinan mata uang tersebut untuk berapresiasi terhadap mata uang
domestic cukup besar, maka akan lebih
aman kalau perusahaan membayar lebih awal hutangnya. Kalau perusahaan berhutang dalam mata uang
lemah dunia, yang cenderung terdepresiasi terhadap mata uang domestic maka akan
lebih menguntungkan kalau perusahaan memperlambat pembayaran hutangnya. Prinsip
strategi diatas juga dapat diterapkan dalam pengumpulan piutang, yaitu
mengumpulkan piutang dalam mata uang kuat dunia secepatnya dan mengulur
pengumpulan piutang dalam mata uang lemah dunia. Strategi leads and lags
terkadang juga sulit diterapkan dalam
perusahaan multinasional. Beberapa penyebabnya
antara lain karena
setiap anak perusahaan
dianggap sebagai perusahaan
independen dan karena porsi
kepemilikan induk perusahaan terhadap
perusahaan afiliasi tidak besar.
Penyebab pertama, perusahaan
multinasional umumnya telah
mengantisipasi dengan menciptakan
tehnik untuk menilai kinerja
setiap anak perusahaan dengan mempertimbangkan akibat dari penerapan strategi leads and lags. Dari pembahasan diatas diketahui bahwa
penggunaan leads and lags dapat meminimisasi eksposure valuta asing dan
membebankannya ke pihak lain. Beberapa negara merasa perlu membatasi jangka
waktu leads and lags, meskipun terkadang pembatasan tersebut bisa
dinegosiasikan.
2)
Leads and Lags antar Perusahaan
Independent (Intracompany leads and lags.) Strategi Leading atau
lagging antar perusahaan-perusahaan independen
dapat dilakukan jika
perusahaana-perusahaan yang terlibat dalam transaksi bersedia mengikuti usulan mitranya. Untuk kesediaannya itu, biasanya ada semacam
kontraprestasi yang diperoleh. Sebagai contoh, sebuah perusahaan Jerman
mempunyai piutang diperusahaan Italia yang dinyatakan dalam Lira ltalia. Manajer perusahaan Jerman melihat bahwa lira
Italia cenderung selalu terdepresiasi terhadap DM (Mark Jerman). ,Oleh karena
itu perusahaan Jerman meminta perusahaan Italia segera melunasi hutangnya.
Perusahaan Italia akan mau mempercepat
pembayaran utangnya, jika perusahaan Jerman memberikan kontraprestasi. Biasanya cara yang ditempuh adalah memberikan
diskon (potongan).
6. Mengukur Dampak Eksposur Ekonomi
Perubahan yang tidak diharapkan dalam nilai tukar
memberikan dampak terhadap cash flow harapan pada empat tingkat yaitu:
· Jangka pendek
Dampak pertama
terhadap cash flow yang diharapkan terdapat dalam anggaran operasi satu tahun.
Laba atau rugi tergantung pada mata uang denominasi dari cash flowmata uang
yang diharapkan. Mata uang denominasi tidak dapat diubah untuk berbagai
kewajiban yang ada sekarang. Maka dari itu, cash flow yang terealisasikan akan
berbeda dari cash flow yang diharapkan dalam anggaran. Namun, dengan berlalunya
waktu, harga dan biaya akan berubah sehingga mencerminkan berbagai kenyataan
kompetitif baru yang disebabkan perubahan dalam nilai tukar.
· Jangka
Menengah: Kasus Keseimbangan
Dampak tingkat
kedua terhadap cash flow jangka menengah yaitu dalam kondisi keseimbangan,
perusahaan harus mampu menyesuaikan harga dan factor cost dalam perjalanan
waktu untuk mempertahankan tingkat cash flow yang diharapkan. Dalam hal ini
mata uang denominasi dari cash flow yang diharapkan tidak sepenting seperti di
negara-negara dimana cash flow itu berasal. Bila keseimbangan terjadi secara
terus menerus, dan sebuah perusahaan bebas menyesuaikan harga dan biayanya
untuk mempertahankan posisi kompetitif yang diharapkanya, operating exposurenya
mungkin sama dengan nol. Akibatnya, nilai pasarnya mungkin juga akan berubah.
· Jangka
Menengah: Kasus Ketidakseimbangan
Dalam hal ini,
perusahaan mungkin tidak mampu menyesuaikan harga dan biaya untuk mencerminkan
berbagai realitas kompetitif baru yang disebabkan oleh perubahan dari nilai
tukar. Cash flow perusahaan yang terealisasi akan berbeda dari cash flow yang
diharapkan.
· Jangka panjang
Dalam hal ini,
cash flow perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dari kompetitor yang
ada dan calon kompetitor terhadap perubahan nilai tukar dalam kondisi
ketidakseimbangan. Perusahaan yang terkena kompetisi internasional, akan
ter-exposed terhadap operating exposure valuta asing dalam jangka panjang
dimana pasar valuta asing tidak terus berada dalam keseimbangan.
B. Pengertian
Translation Exposure
Eksposur translasi (translation exposure),
yang juga disebut sebagai accounting exposure, timbul karena laporan keuangan
perusahaan anak di luar negeri – yang dinyatakan dalam mata uang asing – harus
disajikan kembali dalam mata uang pelaporan perusahaan induk agar perusahaan
dapat menyusun laporan keuangan konsolidasi. Proses akuntansi untuk translasi
mencakup pengubahan (konversi) laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri
menjadi laporan keuangan yang berdenominasi rupiah. Eksposur translasi juga merupakan potensi kenaikan
atau penurunan kekayaan bersih dan laba bersih per usahaan induk, yang
disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar sejak tanggal terakhir dilakukanya
translasi.
1. Metode
Translasi
Adapun tujuan utama translasi adalah untuk menyusun
laporan keuangan konsolidasi. Manajemen perusahaan menggunakan laporan hasil
translasi tersebut untuk menilai kinerja (yaitu memungkinkan dilakukanya
perbandinga n antara perusahaan anak yang tersebar di berbagai wilayah
geografis). Proses translasi pada dasarnya cukup sederhana:
1) Laporan
keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam mata uang
pelaporan perusahaan induk.
2) Jika
kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur kembali masing-masing dan
setiap komponen akun dalam laporan terpisah (laporan laba rugi dan laporan
posisi keuangan), maka tidak akan ada ketidakseimbangan yang timbul dari proses
pengukuran kembali.
3) Karena
adanya perbedaan kurs nilai tukar yang digunakan untuk masing-masing akun pada
laporan keuangan, maka akan timbul ketidakseimbangan.
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk
mengukur kembali masing-masing pos dalam laporan, yaitu:
1. Prinsip
translasi di banyak negara seringkali merupakan hasil kompromi yang kompleks
antara valuasi pasar historis dan kini.
2. Kurs
nilai tukar historis digunakan untuk akun ekuitas tertentu, aset tetap dan
persediaan; sedangkan kurs nilai tukar kini dapat digunakan aset lancar,
liabilitas lancar, pendapatan, dan beban.
Prosesnya cukup sederhana yaitu:
1) Laporan
keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam mata uang
pelaporan perusahaan induk.
2) Jika
kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur kembali masing-masing dan
setiap pos dalam laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi), maka tidak
ada ketidakseimbangan yang timbul dari proses pengukuran ini.
3) Namun
jika kurs yang berbeda digunakan untuk masing-masing pos (item) dalam
masing-masing laporan, maka timbullah ketidak seimbangan.
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk
mengukur kembali masing-masing pos (item) dalam laporan keuangan, karena:
a) Prinsip
translasi laporan keuangan di berbagai negara seringkali merupakan hasil
kompromi yang kompleks antara valuasi berdasarkan nilai historis dan harga
pasar terkini.
b) Kurs
nilai tukar historis dapat digunakan untuk beberapa jenis akun ekuitas, aset
tetap, dan persediaan; sedang kan kurs nilai tukar kini dapat digunakan untuk
aset lancar, liabiltias lancar, pos-pos pendapatan, dan beban.
Saat ini, banyak negara yang menentukan metode
tranlasi untuk digunakan oleh perusahaan anak luar negeri berdasarkan sifat
operasi bisninya (berdasarkan karakter perusahaan anak). Sebagai contoh, bisnis perusahaan anak luar
negeri dapat dikelompokkan sebagai entitas luar negeri terinteg rasi atau
entitas luar negeri mandiri. Entitas luar negeri terintegrasi merupakan entitas
yang beroperasi sebagai kepanjangan tangan perusahaan induk, yaitu arus kas dan
lini bisnis sangat berkaitan satu sama lain. Entitas luar negeri mandiri
merupakan entitas yang beroperasi pada lingkungan ekonomi lokal yang berdiri
independen dari perusahaan induk.
Mata uang fungsional perusahaan luar negeri
merupakan mata uang dari lingkungan ekonomi yang utama yang menjadi lokasi
operasi perusahaan anak dan arus kas yang dihasilkan berupa mata uang tersebut.
Dengan kata lain, mata uang fungsional merupakan mata uang dominan yang digunakan
oleh perusahaan anak luar negeri dalam operasi harian. Tabel berikut
menjelaskan karakteristik mata uang fungsional.
Tabel
Karakterisitik Mata Uang Fungsional
Kriteria suatu mata
uang diianggap sebagai mata
uang fungsional ditentukan berdasarkan indikator ekonomi seperti:
|
|
Indikator arus kas
|
· Mata uang luar negeri:
Arus kas yang terkait dengan ma sing-masing aset dan liabilitas entitas luar
negeri utama nya dalam mata uang asing dan tidak mempengaruhi arus kas
perusahaan induk.
|
· Mata uang perusahaan
induk: Arus kas yang terkait deng an masing-masing aset dan liabilitas
entitas luar negeri secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan induk
saat ini dan siap untuk dikirimkan kembali (sebagai remintansi) kepada
perusahaan induk
|
|
Indikator Harga Jual
|
· Mata uang luar negeri:
Harga jual untu produk entitas luar negeri pada dasarnya tidak terlalu
terpengaruh oleh fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka pendek, namun lebih
ditentukan oleh kompetisi di pasar lokal atau regulasi oleh pemerintah setempat
|
· Mata uang perusahaan
induk: Harga jual untuk produk entitas luar negeri pada dasarnya terpe ngaruh
oleh fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka pendek; semisal harga jual lebih
banyak ditentukan oleh persaingan pasar dunia atau harga internasio nal
|
|
Indikator Pasar
|
· Mata uang luar negeri:
Terdapat pasar lokal yang aktif untuk produk yang dihasilkan entitas luar
negeri, meskipun terdapat jumlah yang signifikan utuk diekspor
|
· Mata uang perusahaan
induk: pasar penjualan yang paling aktif terdapat di negara asal perusahaan
induk atau kontrak penjualan dinyatakan dalam mata uang perusahaan induk
|
|
Indikator Beban
|
· Mata uang luar negeri:
Biaya tenaga kerja, bahan baku, dan lainnya untuk produk atau jasa entitas
luar negeri utamanya merupakan biaya lokal, meski ada pula impor dari negara
lain.
|
· Mata uang perusahaan
induk: Biaya tenaga kerja, bahan baku, dan lainnya secara berkelanjutan,
utamanya merupakan komponen yang diperoleh dari negara asal perusahaan induk.
|
|
Indikator Pendanaan
|
· Mata uang luar negeri:
Pendanaan utamanya berdenominasi dalam mata uang asing, dan dana yang
dihasilkan oleh operasi entitas luar negeri cukup untuk menutup kewajiban
utang saat ini dan yang akan dating
|
· Mata uang perusahaan
induk: Pendanaan utamanya berasal dari perusahaan induk atau kewajiban lain
berdenominasi mata uang lain, atau dana yang dihasilkan dari kegiatan
operasional entitas luar negeri tidak cukup untuk menutup kewajiban utang
saat ini dan yang akan datang, tanpa adanya tambahan dana atau investasi dari
induk perusahaan
|
|
Indikator Transaksi Antar Perusahaan dan Pengaturan Kerjasama
|
· Mata uang luar negeri:
Volume transaksi intraperusahaan terbilang rendah dan tidak ada keterkaitan
operasi yang intensif antara entitas luar negeri dan perusahaan induk
|
· Mata uang perusahaan
induk: Volume transaksi intraperusahaan terbilang tinggi dan terdapat
keterkaitan operasi yang intensif antara entitas luar negeri dan perusahaan
induk
|
Sejumlah negara, seperti AS, menentukan
bahwa mata uang fungsional perusahaan anak luar negeri harus ditentukan
berdasarkan sifat dan tujuan perusahana anak. Untuk itu, terdapat metode dasar yang umumnya digunakan untuk
melakukan translasi atas laporan keuangan perusahaan anak luar negeri, yaitu:
1. Metode current rate (Kurs Berlaku)
Metode
ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi
dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan
Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan
Inggris. Dengan metode ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi
kewajiban dalam valas, suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari
metode ini adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap
bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini. Metode current rate merupakan
metode yang paling banyak digunakan saat ini, dan langkah- langkahnya sebagai
berikut:
a. Aset
dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang berlaku.
b. Pos-pos
laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku pada tanggal
pencatatan, atau setidaknya menggunakan kurs rata-rata tertimbang selama
periode tersebut.
c. Dividen
(pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku pada tanggal
pembayaran.
d. Akun
saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
2. Metode
temporal
Dengan
menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi
pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut
suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi
saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi
pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Metode ini merupakan
modifikasi dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode
moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs
histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan
kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila
persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara
teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories
ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs
rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan
depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan kurs
histories (harga di masa lalu).
3. Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi
mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancar dari
cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs
saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang
tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs
histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban
terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal
kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi
(translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current.
Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local
berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode
tersebut. Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis.
Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak
langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing
sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya,
translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh
mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
4. Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang
jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka
panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti
stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs
histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada
periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan
asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi
pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa
saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter
bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang
tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan
mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan
kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan
dan kurs translasi histories.
Terlepas dari metode yang digunakan, metode
translasi tidak hanya menentukan kurs nilai tukar yang digunakan dalam
pengukuran kembali pos-pos dalam laporan neraca dan laporan laba rugi, namun
juga menentukan saldo ketidakseimbangan yang diakui (yaitu mempengaruhi laba
berjalan atau akun cadangan ekuitas).
Keuntungan atau kerugian akibat penyesuaian
translasi tidak dimasukkan dalam laba bersih konsolidasi, melainkan dilaporkan
secara terpisah dan dicatat pada akun cadangan modal terpisah (dalam neraca)
dengan nama Akumulasi Penyesuaian Translasi (cumulative translation adjustment
– CTA). Keuntungan terbesar menggunakan metode current rate adalah keuntungan
atau kerugian akibat translasi tidak diakui di dalam laporan laba rugi, namun
langsung diakui ke dalam akun cadangan, sehingga dapat mengurangi volatilitas
laba yang dilaporkan.
Amerika Serikat membedakan perusahaan anak luar
negeri berdasarkan mata uang fungsionalnya, dan bukan berdasarkan karakteristik
perusahaan anak, dengan rincian sebagai berikut:
1. Jika
laporan keuangan perusahaan anak luar negeri disusun dalam dolar AS, maka tidak
diperlukan translasi.
2. Jika
laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal, dan mata uang lokal merupakan
mata uang fungsional, maka dilakukan translasi dengan menggunakan metode
current rate.
3. Jika
laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal, dan dolar AS merupakan mata uang fungsional, maka
dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan metode temporal.
4. Jika
laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal, dan yang menjadi mata uang fungsional adalah mata uang negara
ketiga (bukan mata uang lokal atau dolar AS), maka laporan tersebut
pertama-tama harus diukur kembali dengan menggunakan metode temporal, dan
kemudian ditranslasikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan metode current
rate.
Banyak negara-negara di dunia – yang termasuk dalam
kategori negara maju menggunakan standar yang ditetapkan oleh International
Accounting Standards Board (IASB) dan mengikuti prosedur translasi dasar yang
serupa, yaitu:
§ Anak
perusahaan luar negeri dapat berupa anak perusahaan luar negeri terintegrasi
atau anak perusahaan luar negeri mandiri.
§ Anak
perusahaan luar negeri terintegrasi (integrated foreign entities) umumnya
diukur kembali dengan menggunakan metode temporal.
§ Anak
perusahaan luar negeri mandiri (self-sustaining foreign entities)
ditranslasikan dengan menggunakan metode current rate method, yang juga dikenal
sebagai metode kurs penutupan.
2.
Alasan-alasan untuk melakukan translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan
keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan
pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan, baik domestic dan luar negeri.
Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang
berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan
induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang
ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi.
·
Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan
translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relative mata uang asing
jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan
berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan
atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan
satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu
perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan. Keadaan
ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk
menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi keuangan.
·
Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing
adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu
perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para
pihak berkepentingan dari luar negeri. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva
dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu
perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan
(pelaporan) juga berubah. Pengukuran resiko ini akan berbeda-beda tergantung
dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.
3.
Perbandingan Eksposur Operasi dan
Eksposur Translasi
Eksposur operasi tergantung oleh:
§ Depresiasi/apresiasi
mata uang. Apabila mengalami depresiasi,
maka cenderung menimbulkan kerugian kurs.
§ Peningkatan
volume. Volume yang meningkat
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 3.Peningkatan harga jual.
Harga jual yang meningkat juga
meningkatkan keuntungan perusahaan.
Sebaliknya eksposur translasi, selain dipengaruhi oleh
depresiasi/apresiasi kurs, juga tergantung oleh metode yang digunakan dalam
translasi. Selisih kurs yang timbul dalam metode kurs berjalan berpengaruh
langsung terhadap kinerja (laba/rugi) perusahaan. Sebaliknya, metode temporal
berpengaruh terhadap nilai ekuitas, bersifat akumulatif, sehingga tidak terlalu
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
4. Pengelolaan
Translation Exposure
Teknik umum yang
terutama digunakan untuk meminimalkan dampak eksposur translasi adalah lindung
nilai neraca (balance sheet hedge). Lindung nilai neraca memerlukan jumlah yang
sama atas aset dan liabilitas dalam mata uang yang terekspos risiko, dalam
laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasi. Jika kondisi dapat dipenuhi untuk
setiap mata uang luar negeri, maka eksposur translasi bersih akan sebesar nol.
Jika perusahaan melakukan translasi dengan menggunakan metode temporal, maka
posisi terekspos bersih sebesar nol tersebut disebut sebagai saldo moneter
(monetary balance). Saldo moneter yang komplit tidak pernah terpenuhi jika yang
digunakan adalah metode current rate.
Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
lindung nilai neraca tergantung pada biaya pinjaman yang besarnya relatif.
Aktifitas lindung nilai ini merupakan kompromi yang melibatkan pengubahan
denominasi mata uang akun-akun neraca, yang di satu sisi menimbulkan biaya
berupa beban bunga atau efisiensi operasional, namun di sisi lain dapat
melakukan sebagian perlindungan atas mata uang asing. Jika perusahaan anak menggunakan mata uang
lokal sebagai mata uang fungsional, maka kondisi berikut dapat menjadi dasar
penentuan saat melakukan lindung nilai neraca:
§ Perusahaan
anak luar negeri akan dilikuidiasi, sehingga nilai CTA akan terealisasi.
§ Perusahaan
memiliki jaminan utang atau perjanjian bank yang menyatakan bahwa rasio utang/
ekuitas harus dipertahankan dalam batasan tertentu.
§ Manajemen
dievaluasi berdasarkan ukuran-ukuran laporan laba rugi dan neraca tertentu,
yang dapat dipengaruhi oleh kerugian atau keuntungan translasi.
§ Anak
perusahaan luar negeri beroperasi di lingkungan yang mengalami hiperinflasi.
Contoh Kasus Carrefour SA
Carrefor
merupakan perusahaan retail yang memiliki banyak cabang di berbagai Negara,
keuntungan yang mereka dapatkan terus meningkat dari tahun ketahun sehingga
manajemen Carrefour memutuskan untuk meminjam dana untuk melakukan ekspansi sebesar EUR13,5 miliar. Mata uang perusahaan
induk adalah EURO, masalah terjadi ketika 5 tahun terakhir nilai mata uang EURO menurun sehingga hal ini menyebabkan
perusahaan memiliki modal kerja negative sehingga meningkatkan debt to equity
ratio.
Analisis:
Modal kerja merupakan likuiditas operasi yang tersedia
untuk bisnis. Ini biasanya dihitung dengan mengurangkan aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Keputusan yang berkaitan dengan modal dan pembiayaan jangka
pendek yang bekerja disebut manajemen modal kerja. Tujuan dari pengelolaan
modal kerja adalah untuk memastikan bahwa perusahaan mampu melanjutkan operasi
dan bahwa ia memiliki arus kas yang cukup untuk memenuhi keduanya jatuh tempo
utang jangka pendek dan biaya operasional yang akan datang. Manajemen modal
kerja memerlukan keputusan jangka pendek berdasarkan arus kas dan
profitabilitas. Arus kas dapat diukur dengan siklus konversi kas,
profitabilitas sementara biasanya diukur dengan ROC (Return on Capital) atau
ROE (Return on Equity). Modal kerja negatif Carrefour sedang dipengaruhi oleh utang jangka pendek yang
tinggi, Akibatnya, total hutang yang rendah dan peningkatan ekuitas akan menurunkan
rasio Debt-to-Equity. Debt to-Equity (D / E) rasio menunjukkan peningkatan rasio
utang terhadap ekuitas berarti bahwa semakin banyak utang yang digunakan dan
semakin besar risiko bahwa entitas mungkin dipaksa untuk melikuidasi
perusahaannya. kewajiban lancar
yang lebih tinggi (atau utang) dibandingkan dengan aktiva lancar. Jika
Carrefour di beberapa situasi tidak dapat menghasilkan konversi kas, itu akan
berakhir dengan Carrefour memiliki banyak utang yang tidak dapat ditutupi oleh
aset. komposisi yang lebih baik antara utang jangka pendek dan utang jangka
panjang yang akan menyebabkan modal kerja bersih yang positif. Untuk memenuhi
kemampuan Carrefour dalam memenuhi kegiatan investasi, sebaiknya
Carrefour untuk meningkatkan ekuitas mereka dengan
merilis beberapa saham baru (saham) ke pasar. Ini nantinya akan membiayai pertumbuhan dalam cara yang
lebih baik.
Kesimpulan
Operating exposure,
biasa disebut juga dengan economic exposure atau strategic exposure, yakni
mengukur perubahan pada present value yang diterima oleh perusahaan akibat
perubahan pada arus kas operasi perusahaan di masa depan, yang disebabkan oleh
perubahan yang tidak terduga pada nilai tukar Exposure ini mengakibatkan
penjualan turun dari pelanggan internasional. Meskipun dampaknya tidak muncul
di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga kemudian mempengaruhi
daya saing perusahaan di pasar.
Translation
atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan dari cabang asing yang
dalam mata uang asing, harus dikonversi ke dalam reporting currency perusahaan
induk untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. perbedaan transaction dengan
operating exposure yaitu Transaction exposure muncul dari arus kas masa depan
yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu operating
exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak. Transaction dan operating
exposure sama-sama muncul ketika adanya perubahan yang tidak terduga dalam arus
kas di masa depan
Daftar Pustaka
Modul
Manjemen Keuangan Lanjutan IAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar