Rabu, 29 April 2015

Operating Exposure dan Translation Exposure



A.    OPERATING EXPOSURE
1.     Karakteristik Operating Exposure
Eksposure operasi merupakan eksposure dari sebuah asset (valas) yang terjadi ketika perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha, periode setelah melakukan kontrak transaksi sampai produk dikirim ke gudang pembeli atau saat produk/jasa diterima oleh pembeli dan sekaligus pembeli melunasi pembayarannya. Eksposur operasi (Operating exposure) yang juga dikenal sebagai eksposur ekonomi (economic exposure), eksposur kompetitif (competitive exposure), dan terkadang bahkan eksposur strategis (strategic exposure) mengukur setiap perusahaan dalam nilai kini perusahaan yang terjadi akibat perubahan arus kas operasi masa mendatang, yang disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar secara tak terduga.
Mengukur eksposur operasi perusahaan memerlukan peramalan dan analisis atas seluruh eksposur transaksi masa depan perusahaan dan eksposur masa depan atas seluruh kompetitor dan kompetitor perusahaan di seluruh dunia.  Analisis jangka yang lebih panjang – yaitu ketika perubahan kurs nilai tukar tidak dapat diprediksi dan tidak dapat diperkirakan – merupakan tujuan analisis eksposur operasi. Arus kas perusahaan multinasional dapat dibagi menjadi arus kas operasi dan arus kas pendanaan. Arus kas operasi timbul dari piutang dan utang antar perusahaan (antara perusahaan yang tidak terkait) dan intra perusahaan (antar unit dalam perusahaan yang sama), pembayaran sewa, biaya royalti dan lisensi, serta beragam biaya jasa manajemen. Arus kas pendanaan merupakan pembayaran untuk pinjaman (yaitu pokok dan bunga), injeksi modal ekuitas, dan dividen yang memiliki sifat antar maupun intra perusahaan.  Pengaruh eksposur operasi terhadap kesehatan jangka panjang suatu bisnis terbilang jauh lebih penting, jika dibandingkan dengan perubahan yang disebabkan oleh eksposur transaksi maupun eksposur translasi. Namun demikian, eksposur operasi tetap bersifat subjektif karena tergatung pada estimasi perubahan arus di masa depan selama periode waktu tertentu.  Perencanaan terhadap eksposur operasi merupakan tanggung jawab manajemen seutuhnya karena tergantung pada interaksi antara strategi keuangan, pemasaran, pembelian, dan produksi.
Ekspektasi dalam perubahan kurs nilai tukar valuta asing tidak termasuk dalam pengertian eksposur operasi karena baik manajemen maupun investor semestinya telah memperhitungkan informasi ini dalam melakukan evaluasi terhadap hasil operasi dan nilai pasar yang diharapkan.  Dari sudut pandang investor, jika pasar valuta asing bersifat efisien, maka informasi mengenai perubahan kurs valuta asing yang terduga dapat tercermin dalam nilai pasar perusahaan. Hanya perubahan yang tidak terduga atau pasar valuta asing yang tidak efisien yang menyebabkan nilai pasar berubah.
2.     Manajemen stratejik dan Operating Exposure
Tujuan manajemen eksposur operasi dan transaksi adalah untuk mengantisipasi dan mempengaruhi efek perubahan valuta asing yang tak terduga terhadap arus kas masa depan perusahaan, dan bukan sekedar berharap untuk kondisi terbaik. Untuk memenuhi tujuan ini, manajemen dapat melakukan diversifikasi basis operasi dan pendanaan perusahaan. Manajemen juga dapat mengubah kebijakan operasi dan pendanaan perusahaan. Strategi diversifikasi tidak menuntut perusahaan untuk memprediksikan ketidakseimbangan, melakukan cukup mengakuinya saat terjadi.  Jika operasi sebuah perusahaan telah terdiversifikasi secara internasional, sedari awal manajemen telah diposisikan untuk mampu mengakui disekuilibirium ketika terjadi dan bereaksi secara kompetitif. Dengan mengakui perubahan sementara terhadap kondisi persaingan di seluruh dunia, manajemen mampu melakukan perusahaan dalam strategi operasi.
Perusahaan domestik dapat pula terpengaruh sepenuhnya atas eksposur operasi mata uang asing dan tidak memiliki pilihan untuk bereaksi dengan cara yang sama seperti halnya perusahaan multinasional. Jika sumber pendanaan perusahaan terdiverisfikasi sebenarnya perusahaan telah diposisikan dari awal untuk mendapatkan keuntungan dari deviasi temporer yang terjadi melalui efek Fisher internasional. Namun demikian, untuk mengganti sumber pendanaan, sebuah perusahaan haruslah sudah dikenal dengan baik oleh komunitas investasi internasional. Sekali lagi, ini bukanlah opsi bagi perusahaan domestik (jika perusahaan domestik itu membatasi pendanaan terhadap satu pasar modal saja).
3.     Manajemen Proaktif Operating Exposure
 Eksposur operasi dan transaksi dapat dikelola sebagian dengan mengadopsi kebijakan operasi atau pendanaan yang dapat mengimbangi eksposur mata uang asing yang diantisipasi. Enam kebijakan proaktif yang umumnya diterapkan adalah:
1)     Menyamakan arus kas mata uang
2)     Perjanjian pembagian risiko
3)     Back-to-back atau parallel loan
4)     Swap mata uang
5)     Leads and lags
6)     Reinvoicing center
Dalam contoh ini sebuah perusahaan dari Amerika Serikat  ingin melanjutkan penjualan ekspor ke Eropa. Agar dapat berkompetisi secara efektif di pasar Eropa, perusahaan akan menagih seluruh penjualan ekspor dalam mata uang Euro. Kebijakan ini menghasilkan penerimaan Euro terus-menerus dari bulan ke bulan. Rangkaian eksposur transaksi tanpa henti ini dapat dilindung nilai seara berlanjut dengan forward atau perjanjian kontraktual lainnya.
1)     Menyamakan arus kas mata uang  Salah satu jalan untuk meniadakan eksposur panjang yang terus berlanjut yang diantisipasi perusahaan adalah dengan mendapatkan utang dalam denominasi mata uang tersebut (matching). Alternatif lain bagi perusahaan AS adalah menemukan pemasok bahan baku dan komponen di Eropa sebagai penganti perusahaan dari AS atau negara lain. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan pengalihan mata uang (currency switching), yaitu perusahaan membayar pemasok luar negeri dengan mata uang Euro.
2)     Klausul perjanjian menyangkuta mata uang: pembagian risko  Metode alternatif untuk mengelola eksposur arus kas jangka pajang antar perusahaan adalah dengan melakukan pembagian risiko (risk sharing). Ini merupakan perjanjian kontraktual, yaitu antara pembeli dan penjual yang sepakat untuk berbagai atau memecah dampak pergerakan mata uang atas pembayaran di antara kedua belah pihak. Perjanjian ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak volatilitas dan pergerakan kurs nilai tukar yag tidak dapat diprediksi bagi kedua belah pihak.
3)     Back-to-Back Loans Back-to-back loan, yang juga dikenal sebagai parallel loan atau credit swap, terjadi ketika dua perusahaan di dua negara berbeda mengatur untuk meminjam dalam mata uang satu sama lain selama periode waktu tertentu. Pada tanggal pelunasan yang telah disepakati, kedua perusahaan itu mengembalikan mata uang yang dipinjam. Swap (pertukaran) ini menimblkan lindung nilai tertutup (covered hedge) terhadap kerugian valuta asing, karena masing-masing perusahaan pada bukunya sendiri, meminjam dalam mata uang yang sama yang akan dilunasinya nanti. Terdapat dua kendala fundamental yang menghalangi penggunaan back-to-back loan secara luas, yaitu: Sulit bagi perusahaan untuk menemukan mitra, yaitu pihak counterparty untuk jumlah mata uang dan waktu yang dikehendaki. Timbul risiko bahwa salah satu pihak akan gagal untuk mengembalikan dana yang dipinjamkan pada waktu yang telah ditentukan – meskipun masing-masing pihak memiliki jaminan 100% (yang berdenominasi dalam mata uang yang berbeda).
4)     Currency Swaps: Currency swap serupa dengan back-to-back loan, hanya saja tidak tersaji pada neraca perusahaan. Dalam currency swap, perusahaan dan sebuah swap dealer atau swap bank sepakat untuk menukarkan jumlah yang ekuivalen atas dua mata uang yang berbeda pada periode waktu tertentu.
5)     Leads and Lags: Menentukan kembali waktu transfer dana  Perusahaan dapat mengurangi baik eksposur operasi dan transaksi dengan mempercepat atau memperlambat waktu pembayaran yang harus dilakukan atau diterima dalam mata uang asing. Leads and lags intra perusahaan lebih mungkin untuk dilakukan karena perusahaan berhubungan istimewa kemungkinan besar akan memiliki tujuan yang sama sebagai satu perusahaan terkonsolidasi. Sebaliknya leads and lags antar perusahaan memerlukan preferensi waktu perusahaan lain yang independen terhadap perusahaan lain
6)     Reinvoicing Center 
Sebuah  reinvoicing  center  adalah  anak  perusahaan  dari  suatu  perusahaan  multinasional  yang berada  di  suatu  negara  tertentu  yang  berfungsi  mengelola  eksposure  operasi perusahaan-perusahaan afiliasi
4.     Pendekatan Kontraktual: Lindung Nilai terhadap Transaksi yang Tidak Dapat Dilindung
 Dalam kondisi pasar yang semakin mengglobal dan terkait satu sama lain seperti dewasa ini, maka dalam beberapa kali kesempatan untuk melakukan hedging menjadi terbatas. Sebagai alternatif, perusahaan dapat melakukan lindung nilai secara kontraktual. Cara ini seperti dilakukan dengan cara mengambil posisi opsi mata uang jangka panjang untuk mengimbangi potensi kerugian dari perubahan kurs nilai tukar dengan rah yang tidak dikehendaki. Selain itu, kemampuan untuk melakukan lindung nilai terhadap transaksi yang tidak dapat dilindungi bergantung pada kemampuan perusahaan.
·       Untuk memprediksi arus kas masa depan;
·       Untuk memprediksi respon pesaing terhadap perubahan kurs nilai tukar.
Tehnik mengelola exposure transaksi untuk mengcover risiko valas  Jika perusahaan multinasional memutuskan untuk meng-hedge sebagian atau seluruh exposure transaksinya, mereka dapat menggunakan perangkat-perangkat hedging sebagai berikut:
Ø  Hedging Kontrak Future, Kontrak  currency  future  dapat  digunakan oleh perusahaan yang ingin meng-hedge exposure transaksi.  Kontrak future dalam banyak hal serupa  dengan  kontrak  forward. Kontrak  Forward  lebih  umum  bagi transaksi  bernilai besar sementara  kontrak  future lebih  tepat bagi perusahaan  yng ingin meng-hedge exposure transaksi yang bernilai kecil. Sebuah perusahaan yang membeli kontrak currency future berhak menerima suatu valuta asing dengan jumlah tertentu, dengan harga tertentu, dan pada tanggal tertentu. Untuk meng-hedge kewajiban valuta asing dimasa depan, perusahaan mungkin ingin membeli kontrak  currency  future  yang  mewakili  valuta  yang  sama  dengan  valuta  yang  men denominasi  kewajiban  tersebut. Dengan  memegang  kontrak  ini,  perusahaan telah mengunci jumlah valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar kewajiban masa depan.
Ø  Hedging memakai Kontrak Forward, Kontrak forward sering digunakan oleh perusahaan- perusahaan besar yang ingin melakukan hedging. Untuk melakukan hedging memakai kontrak forward, perusahaan multinasional harus membeli kontrak forward untuk valuta yang sama dengan valuta yang mendenominasi kewajiban dimasa depan. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan multinasional yang berbasis di AS akan harus membayar SFl.OOO,OOO  kepada pemasok  dari  Swiss  30  hari dari  sekarang,  perusahaan tersebut   dapat   membeli " kontrak   forward   franc   Swiss   dari      sebuah   bank   untuk mengakomodasi pembayaran ini.  Bank dengan demikian setuju untuk menyediakan franc Swiss kepada  MNE AS tersebut  30 hari dari sekarang  dan menerima  dolar.   Kontrak Forward ditujukan untuk memastikan nilai tukar konversi Franc Swiss dengan dolar AS. Nilai tukar ini mencerminkan apa yang dinamakan dengan Kurs Forward 30 hari.  MNE AS dengan demikian telah meng-hedge posisinya dengan mengunci kurs yang harus dibayarkan  untuk  Franc  Swiss  30  hari  dari  sekarang.    Jadi,  perusaahan  sekarang  mengetahui jumlah dolar yang dibutuhkan untuk dikonversikan dalam Franc Swiss.  
Ø  Hedging Instrumen Pasar Uang, Hedging memakai instrument  pasar uang melibatkan pengambilan  suatu posisi dalam Pasar Uang untuk melindungi posisi hutang atau  piutang  dimasa  depan.  
Ø  Hedging Opsi Valuta, Perusahaan-perusahaan  menyadari  bahwa  perangkat- perangkat  hedging  seperti  kontrak: forward  dan  instrumen  pasar  uang  kadang  dapat merugikan   jika   valuta   dari  hutang   mengalami   depresiasi   atau  valuta   dari  piutang mengalami apresiasi sepanjang periode hedging. Dalam hal ini, Strategi tanpa hedging mungkin  akan mengungguli  hedging  kontrak: forward  atau  instrument  pasar uang.  Tipe hedging yang ideal harus mampu mengisolasi perusahaan dari pergerakan nilai tukar  yang merugikan  dan  juga memungkinkan  perusahaan  untuk  mengambil  manfaat dari pergerakan nilai tukar yang menguntungkan
5.     Mengelola eksposure operasi  
Strategi operasi tertentu bisa  menutup dengan  strategi  sebelumnya  yaitu strategi pengelolaan eksposure transaki    (dengan kontrak), biaya strategi operasi ini relative lebih tidak pasti.  Pada suatu saat, operasi dapat menjadi kurang  efisien  atau  menyimpang  dari  rencana,  pada  saat  lain,  penelahaan  yang  lebih  cermat terhadap prosedur operasi dapat memberikan hasil yang diharapkan. Beberapa strategi yang banyak ditempuh MNE untuk mengelola eksposure operasi ini adalah menggunakan leads dan lags, reinvoicing centers dan menetapkan  pembagian risiko dengan pelanggan.   Penjelasan dari strategi tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:  
1)     Leads dan Lags, To Leads is to pay early; to lag is to pay late. Strategi ini secara sederhana melakukan pelunasan dengan dua cara yaitu membayar utang lebih awal dan membayar utang melewati batas jatuh tempo. Oleh karena proses pembayaran melalui mekanisme perbankan, maka strategi ini bisa dilakukan dengan mentransfer dana lebih awal (strategi leads), atau mentransfer dana lewat batas jatuh tempo pembayaran (Strategi lags)   
Istilah leads berarti mempercepat pembayaran dan lags memperlambat pembayaran. Jika sebuah perusahaan memiliki hutang dalam mata uang kuat dunia, dimana kemungkinan mata uang tersebut untuk berapresiasi terhadap  mata  uang  domestic  cukup  besar, maka akan  lebih  aman  kalau  perusahaan membayar lebih awal hutangnya.   Kalau perusahaan berhutang dalam mata uang lemah dunia, yang cenderung terdepresiasi terhadap mata uang domestic maka akan lebih menguntungkan kalau perusahaan memperlambat pembayaran hutangnya. Prinsip strategi diatas juga dapat diterapkan dalam pengumpulan piutang, yaitu mengumpulkan piutang dalam mata uang kuat dunia secepatnya dan mengulur pengumpulan piutang dalam mata uang lemah dunia. Strategi leads and lags terkadang  juga sulit diterapkan dalam perusahaan multinasional. Beberapa penyebabnya  antara  lain  karena  setiap  anak  perusahaan  dianggap  sebagai  perusahaan  independen  dan karena porsi kepemilikan   induk perusahaan terhadap perusahaan  afiliasi tidak besar. Penyebab pertama,  perusahaan multinasional  umumnya  telah  mengantisipasi  dengan  menciptakan  tehnik  untuk menilai kinerja setiap anak perusahaan dengan mempertimbangkan akibat  dari penerapan strategi  leads and lags.     Dari pembahasan diatas diketahui bahwa penggunaan leads and lags dapat meminimisasi eksposure valuta asing dan membebankannya  ke pihak lain.  Beberapa negara merasa perlu membatasi jangka waktu leads and lags, meskipun terkadang pembatasan tersebut bisa dinegosiasikan.                                     
2)     Leads and Lags antar Perusahaan Independent (Intracompany leads and lags.) Strategi Leading  atau   lagging  antar   perusahaan-perusahaan  independen  dapat  dilakukan  jika   perusahaana-perusahaan yang terlibat dalam transaksi  bersedia mengikuti usulan mitranya.  Untuk kesediaannya itu, biasanya ada semacam kontraprestasi yang diperoleh. Sebagai contoh, sebuah perusahaan Jerman mempunyai piutang diperusahaan Italia yang dinyatakan dalam Lira ltalia.   Manajer perusahaan Jerman melihat bahwa lira Italia cenderung selalu terdepresiasi terhadap DM (Mark Jerman). ,Oleh karena itu perusahaan Jerman meminta perusahaan Italia segera melunasi hutangnya. Perusahaan Italia akan  mau mempercepat pembayaran utangnya, jika perusahaan Jerman memberikan kontraprestasi.  Biasanya cara yang ditempuh adalah memberikan diskon (potongan).
6.     Mengukur Dampak Eksposur Ekonomi
Perubahan yang tidak diharapkan dalam nilai tukar memberikan dampak terhadap cash flow harapan pada empat tingkat yaitu:


·       Jangka pendek
Dampak pertama terhadap cash flow yang diharapkan terdapat dalam anggaran operasi satu tahun. Laba atau rugi tergantung pada mata uang denominasi dari cash flowmata uang yang diharapkan. Mata uang denominasi tidak dapat diubah untuk berbagai kewajiban yang ada sekarang. Maka dari itu, cash flow yang terealisasikan akan berbeda dari cash flow yang diharapkan dalam anggaran. Namun, dengan berlalunya waktu, harga dan biaya akan berubah sehingga mencerminkan berbagai kenyataan kompetitif baru yang disebabkan perubahan dalam nilai tukar.
·       Jangka Menengah: Kasus Keseimbangan
Dampak tingkat kedua terhadap cash flow jangka menengah yaitu dalam kondisi keseimbangan, perusahaan harus mampu menyesuaikan harga dan factor cost dalam perjalanan waktu untuk mempertahankan tingkat cash flow yang diharapkan. Dalam hal ini mata uang denominasi dari cash flow yang diharapkan tidak sepenting seperti di negara-negara dimana cash flow itu berasal. Bila keseimbangan terjadi secara terus menerus, dan sebuah perusahaan bebas menyesuaikan harga dan biayanya untuk mempertahankan posisi kompetitif yang diharapkanya, operating exposurenya mungkin sama dengan nol. Akibatnya, nilai pasarnya mungkin juga akan berubah.
·       Jangka Menengah: Kasus Ketidakseimbangan
Dalam hal ini, perusahaan mungkin tidak mampu menyesuaikan harga dan biaya untuk mencerminkan berbagai realitas kompetitif baru yang disebabkan oleh perubahan dari nilai tukar. Cash flow perusahaan yang terealisasi akan berbeda dari cash flow yang diharapkan.
·       Jangka panjang
Dalam hal ini, cash flow perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dari kompetitor yang ada dan calon kompetitor terhadap perubahan nilai tukar dalam kondisi ketidakseimbangan. Perusahaan yang terkena kompetisi internasional, akan ter-exposed terhadap operating exposure valuta asing dalam jangka panjang dimana pasar valuta asing tidak terus berada dalam keseimbangan.
B.    Pengertian Translation Exposure
 Eksposur translasi (translation exposure), yang juga disebut sebagai accounting exposure, timbul karena laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri – yang dinyatakan dalam mata uang asing – harus disajikan kembali dalam mata uang pelaporan perusahaan induk agar perusahaan dapat menyusun laporan keuangan konsolidasi. Proses akuntansi untuk translasi mencakup pengubahan (konversi) laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri menjadi laporan keuangan yang berdenominasi rupiah.  Eksposur translasi juga merupakan potensi kenaikan atau penurunan kekayaan bersih dan laba bersih per usahaan induk, yang disebabkan oleh perubahan kurs nilai tukar sejak tanggal terakhir dilakukanya translasi.
1.     Metode Translasi
Adapun tujuan utama translasi adalah untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi. Manajemen perusahaan menggunakan laporan hasil translasi tersebut untuk menilai kinerja (yaitu memungkinkan dilakukanya perbandinga n antara perusahaan anak yang tersebar di berbagai wilayah geografis). Proses translasi pada dasarnya cukup sederhana:
1)     Laporan keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam mata uang pelaporan perusahaan induk.
2)     Jika kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur kembali masing-masing dan setiap komponen akun dalam laporan terpisah (laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan), maka tidak akan ada ketidakseimbangan yang timbul dari proses pengukuran kembali.
3)     Karena adanya perbedaan kurs nilai tukar yang digunakan untuk masing-masing akun pada laporan keuangan, maka akan timbul ketidakseimbangan. 
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk mengukur kembali masing-masing pos dalam laporan, yaitu:
1.     Prinsip translasi di banyak negara seringkali merupakan hasil kompromi yang kompleks antara valuasi pasar historis dan kini.
2.     Kurs nilai tukar historis digunakan untuk akun ekuitas tertentu, aset tetap dan persediaan; sedangkan kurs nilai tukar kini dapat digunakan aset lancar, liabilitas lancar, pendapatan, dan beban.  Prosesnya cukup sederhana yaitu:
1)     Laporan keuangan dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam mata uang pelaporan perusahaan induk.
2)     Jika kurs nilai tukar yang sama digunakan untuk mengukur kembali masing-masing dan setiap pos dalam laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi), maka tidak ada ketidakseimbangan yang timbul dari proses pengukuran ini.
3)     Namun jika kurs yang berbeda digunakan untuk masing-masing pos (item) dalam masing-masing laporan, maka timbullah ketidak seimbangan. 
Kurs nilai tukar yang berbeda digunakan untuk mengukur kembali masing-masing pos (item) dalam laporan keuangan, karena:
a)     Prinsip translasi laporan keuangan di berbagai negara seringkali merupakan hasil kompromi yang kompleks antara valuasi berdasarkan nilai historis dan harga pasar terkini.
b)     Kurs nilai tukar historis dapat digunakan untuk beberapa jenis akun ekuitas, aset tetap, dan persediaan; sedang kan kurs nilai tukar kini dapat digunakan untuk aset lancar, liabiltias lancar, pos-pos pendapatan, dan beban.
Saat ini, banyak negara yang menentukan metode tranlasi untuk digunakan oleh perusahaan anak luar negeri berdasarkan sifat operasi bisninya (berdasarkan karakter perusahaan anak).  Sebagai contoh, bisnis perusahaan anak luar negeri dapat dikelompokkan sebagai entitas luar negeri terinteg rasi atau entitas luar negeri mandiri. Entitas luar negeri terintegrasi merupakan entitas yang beroperasi sebagai kepanjangan tangan perusahaan induk, yaitu arus kas dan lini bisnis sangat berkaitan satu sama lain. Entitas luar negeri mandiri merupakan entitas yang beroperasi pada lingkungan ekonomi lokal yang berdiri independen dari perusahaan induk.
Mata uang fungsional perusahaan luar negeri merupakan mata uang dari lingkungan ekonomi yang utama yang menjadi lokasi operasi perusahaan anak dan arus kas yang dihasilkan berupa mata uang tersebut. Dengan kata lain, mata uang fungsional merupakan mata uang dominan yang digunakan oleh perusahaan anak luar negeri dalam operasi harian. Tabel berikut menjelaskan karakteristik mata uang fungsional.
Tabel  Karakterisitik Mata Uang Fungsional
Kriteria suatu mata  uang  diianggap sebagai mata uang fungsional ditentukan berdasarkan indikator ekonomi seperti:
Indikator arus kas
·    Mata uang luar negeri: Arus kas yang terkait dengan ma sing-masing aset dan liabilitas entitas luar negeri utama nya dalam mata uang asing dan tidak mempengaruhi arus kas perusahaan induk.
·    Mata uang perusahaan induk: Arus kas yang terkait deng an masing-masing aset dan liabilitas entitas luar negeri secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan induk saat ini dan siap untuk dikirimkan kembali (sebagai remintansi) kepada perusahaan induk
Indikator Harga Jual
·    Mata uang luar negeri: Harga jual untu produk entitas luar negeri pada dasarnya tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka pendek, namun lebih ditentukan oleh kompetisi di pasar lokal atau regulasi oleh pemerintah setempat
·    Mata uang perusahaan induk: Harga jual untuk produk entitas luar negeri pada dasarnya terpe ngaruh oleh fluktuasi kurs nilai tukar dalam jangka pendek; semisal harga jual lebih banyak ditentukan oleh persaingan pasar dunia atau harga internasio nal
Indikator Pasar
·    Mata uang luar negeri: Terdapat pasar lokal yang aktif untuk produk yang dihasilkan entitas luar negeri, meskipun terdapat jumlah yang signifikan utuk diekspor
·     Mata uang perusahaan induk: pasar penjualan yang paling aktif terdapat di negara asal perusahaan induk atau kontrak penjualan dinyatakan dalam mata uang perusahaan induk
Indikator Beban
·    Mata uang luar negeri: Biaya tenaga kerja, bahan baku, dan lainnya untuk produk atau jasa entitas luar negeri utamanya merupakan biaya lokal, meski ada pula impor dari negara lain.
·    Mata uang perusahaan induk: Biaya tenaga kerja, bahan baku, dan lainnya secara berkelanjutan, utamanya merupakan komponen yang diperoleh dari negara asal perusahaan induk.
Indikator Pendanaan
·  Mata uang luar negeri: Pendanaan utamanya berdenominasi dalam mata uang asing, dan dana yang dihasilkan oleh operasi entitas luar negeri cukup untuk menutup kewajiban utang saat ini dan yang akan dating
·  Mata uang perusahaan induk: Pendanaan utamanya berasal dari perusahaan induk atau kewajiban lain berdenominasi mata uang lain, atau dana yang dihasilkan dari kegiatan operasional entitas luar negeri tidak cukup untuk menutup kewajiban utang saat ini dan yang akan datang, tanpa adanya tambahan dana atau investasi dari induk perusahaan
Indikator Transaksi Antar Perusahaan dan Pengaturan Kerjasama
·  Mata uang luar negeri: Volume transaksi intraperusahaan terbilang rendah dan tidak ada keterkaitan operasi yang intensif antara entitas luar negeri dan perusahaan induk
·  Mata uang perusahaan induk: Volume transaksi intraperusahaan terbilang tinggi dan terdapat keterkaitan operasi yang intensif antara entitas luar negeri dan perusahaan induk

Sejumlah negara, seperti AS, menentukan bahwa mata uang fungsional perusahaan anak luar negeri harus ditentukan berdasarkan sifat dan tujuan perusahana anak. Untuk itu, terdapat  metode dasar yang umumnya digunakan untuk melakukan translasi atas laporan keuangan perusahaan anak luar negeri, yaitu:
1.    Metode current rate (Kurs Berlaku)
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini. Metode current rate merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini, dan langkah- langkahnya sebagai berikut:
a.   Aset dan liabilitas ditranslasikan berdasarkan kurs nilai tukar yang berlaku.
b.   Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku pada tanggal pencatatan, atau setidaknya menggunakan kurs rata-rata tertimbang selama periode tersebut.
c.   Dividen (pembagian laba) ditranslasikan berdasarkan kurs yang berlaku pada tanggal pembayaran.
d.   Akun saham biasa dan modal disetor ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
2.     Metode temporal 
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa lalu).
3.     Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancar dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut. Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
4.     Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
Terlepas dari metode yang digunakan, metode translasi tidak hanya menentukan kurs nilai tukar yang digunakan dalam pengukuran kembali pos-pos dalam laporan neraca dan laporan laba rugi, namun juga menentukan saldo ketidakseimbangan yang diakui (yaitu mempengaruhi laba berjalan atau akun cadangan ekuitas). 
Keuntungan atau kerugian akibat penyesuaian translasi tidak dimasukkan dalam laba bersih konsolidasi, melainkan dilaporkan secara terpisah dan dicatat pada akun cadangan modal terpisah (dalam neraca) dengan nama Akumulasi Penyesuaian Translasi (cumulative translation adjustment – CTA). Keuntungan terbesar menggunakan metode current rate adalah keuntungan atau kerugian akibat translasi tidak diakui di dalam laporan laba rugi, namun langsung diakui ke dalam akun cadangan, sehingga dapat mengurangi volatilitas laba yang dilaporkan.
Amerika Serikat membedakan perusahaan anak luar negeri berdasarkan mata uang fungsionalnya, dan bukan berdasarkan karakteristik perusahaan anak, dengan rincian sebagai berikut:
1.     Jika laporan keuangan perusahaan anak luar negeri disusun dalam dolar AS, maka tidak diperlukan translasi.
2.     Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal, dan mata uang lokal merupakan mata uang fungsional, maka dilakukan translasi dengan menggunakan metode current rate.
3.     Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal, dan dolar AS  merupakan mata uang fungsional, maka dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan metode temporal.
4.     Jika laporan keuangan disusun dalam mata uang lokal, dan yang menjadi  mata uang fungsional adalah mata uang negara ketiga (bukan mata uang lokal atau dolar AS), maka laporan tersebut pertama-tama harus diukur kembali dengan menggunakan metode temporal, dan kemudian ditranslasikan ke dalam dolar AS dengan menggunakan metode current rate.
Banyak negara-negara di dunia – yang termasuk dalam kategori negara maju menggunakan standar yang ditetapkan oleh International Accounting Standards Board (IASB) dan mengikuti prosedur translasi dasar yang serupa, yaitu:
§  Anak perusahaan luar negeri dapat berupa anak perusahaan luar negeri terintegrasi atau anak perusahaan luar negeri mandiri.
§  Anak perusahaan luar negeri terintegrasi (integrated foreign entities) umumnya diukur kembali dengan menggunakan metode temporal.
§  Anak perusahaan luar negeri mandiri (self-sustaining foreign entities) ditranslasikan dengan menggunakan metode current rate method, yang juga dikenal sebagai metode kurs penutupan.
2.   Alasan-alasan untuk melakukan translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan, baik domestic dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi.
·       Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relative mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi keuangan.
·       Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran resiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.
3.     Perbandingan Eksposur Operasi dan Eksposur Translasi
 Eksposur operasi tergantung oleh:
§  Depresiasi/apresiasi mata uang.  Apabila mengalami depresiasi, maka cenderung menimbulkan kerugian kurs.
§  Peningkatan volume.  Volume yang meningkat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 3.Peningkatan harga jual. 
Harga jual yang meningkat juga meningkatkan keuntungan perusahaan.  Sebaliknya eksposur translasi, selain dipengaruhi oleh depresiasi/apresiasi kurs, juga tergantung oleh metode yang digunakan dalam translasi. Selisih kurs yang timbul dalam metode kurs berjalan berpengaruh langsung terhadap kinerja (laba/rugi) perusahaan. Sebaliknya, metode temporal berpengaruh terhadap nilai ekuitas, bersifat akumulatif, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
4.     Pengelolaan Translation Exposure
Teknik umum yang terutama digunakan untuk meminimalkan dampak eksposur translasi adalah lindung nilai neraca (balance sheet hedge). Lindung nilai neraca memerlukan jumlah yang sama atas aset dan liabilitas dalam mata uang yang terekspos risiko, dalam laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasi. Jika kondisi dapat dipenuhi untuk setiap mata uang luar negeri, maka eksposur translasi bersih akan sebesar nol. Jika perusahaan melakukan translasi dengan menggunakan metode temporal, maka posisi terekspos bersih sebesar nol tersebut disebut sebagai saldo moneter (monetary balance). Saldo moneter yang komplit tidak pernah terpenuhi jika yang digunakan adalah metode current rate.
Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan lindung nilai neraca tergantung pada biaya pinjaman yang besarnya relatif. Aktifitas lindung nilai ini merupakan kompromi yang melibatkan pengubahan denominasi mata uang akun-akun neraca, yang di satu sisi menimbulkan biaya berupa beban bunga atau efisiensi operasional, namun di sisi lain dapat melakukan sebagian perlindungan atas mata uang asing.  Jika perusahaan anak menggunakan mata uang lokal sebagai mata uang fungsional, maka kondisi berikut dapat menjadi dasar penentuan saat melakukan lindung nilai neraca:
§  Perusahaan anak luar negeri akan dilikuidiasi, sehingga nilai CTA akan terealisasi.
§  Perusahaan memiliki jaminan utang atau perjanjian bank yang menyatakan bahwa rasio utang/ ekuitas harus dipertahankan dalam batasan tertentu.
§  Manajemen dievaluasi berdasarkan ukuran-ukuran laporan laba rugi dan neraca tertentu, yang dapat dipengaruhi oleh kerugian atau keuntungan translasi.
§  Anak perusahaan luar negeri beroperasi di lingkungan yang mengalami hiperinflasi.
Contoh Kasus Carrefour SA
Carrefor merupakan perusahaan retail yang memiliki banyak cabang di berbagai Negara, keuntungan yang mereka dapatkan terus meningkat dari tahun ketahun sehingga manajemen Carrefour memutuskan untuk meminjam dana untuk melakukan ekspansi  sebesar EUR13,5 miliar. Mata uang perusahaan induk adalah EURO, masalah terjadi ketika 5 tahun terakhir nilai mata uang  EURO menurun sehingga hal ini menyebabkan perusahaan memiliki modal kerja negative sehingga meningkatkan debt to equity ratio.
Analisis:
Modal kerja merupakan likuiditas operasi yang tersedia untuk bisnis. Ini biasanya dihitung dengan mengurangkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Keputusan yang berkaitan dengan modal dan pembiayaan jangka pendek yang bekerja disebut manajemen modal kerja. Tujuan dari pengelolaan modal kerja adalah untuk memastikan bahwa perusahaan mampu melanjutkan operasi dan bahwa ia memiliki arus kas yang cukup untuk memenuhi keduanya jatuh tempo utang jangka pendek dan biaya operasional yang akan datang. Manajemen modal kerja memerlukan keputusan jangka pendek berdasarkan arus kas dan profitabilitas. Arus kas dapat diukur dengan siklus konversi kas, profitabilitas sementara biasanya diukur dengan ROC (Return on Capital) atau ROE (Return on Equity). Modal kerja negatif Carrefour sedang dipengaruhi oleh utang jangka pendek yang tinggi, Akibatnya, total hutang yang rendah dan peningkatan ekuitas akan menurunkan rasio Debt-to-Equity. Debt to-Equity (D / E) rasio menunjukkan peningkatan rasio utang terhadap ekuitas berarti bahwa semakin banyak utang yang digunakan dan semakin besar risiko bahwa entitas mungkin dipaksa untuk melikuidasi perusahaannya. kewajiban lancar yang lebih tinggi (atau utang) dibandingkan dengan aktiva lancar. Jika Carrefour di beberapa situasi tidak dapat menghasilkan konversi kas, itu akan berakhir dengan Carrefour memiliki banyak utang yang tidak dapat ditutupi oleh aset. komposisi yang lebih baik antara utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang akan menyebabkan modal kerja bersih yang positif. Untuk memenuhi kemampuan Carrefour dalam memenuhi kegiatan investasi, sebaiknya Carrefour untuk meningkatkan ekuitas mereka dengan merilis beberapa saham baru (saham) ke pasar. Ini nantinya akan membiayai pertumbuhan dalam cara yang lebih baik.
Kesimpulan
Operating exposure, biasa disebut juga dengan economic exposure atau strategic exposure, yakni mengukur perubahan pada present value yang diterima oleh perusahaan akibat perubahan pada arus kas operasi perusahaan di masa depan, yang disebabkan oleh perubahan yang tidak terduga pada nilai tukar Exposure ini mengakibatkan penjualan turun dari pelanggan internasional. Meskipun dampaknya tidak muncul di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga kemudian mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar.
Translation atau accounting exposure muncul karena laporan keuangan dari cabang asing yang dalam mata uang asing, harus dikonversi ke dalam reporting currency perusahaan induk untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. perbedaan transaction dengan operating exposure yaitu Transaction exposure muncul dari arus kas masa depan yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu operating exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak. Transaction dan operating exposure sama-sama muncul ketika adanya perubahan yang tidak terduga dalam arus kas di masa depan









Daftar Pustaka
Modul Manjemen Keuangan Lanjutan IAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar